Minggu, 30 Maret 2014

Tes Mental

Dalam artikel yang ditulis Cattell pada tahun 1890, istilah "tes mental" digunakan untuk pertama kalinya dalam literatur psikologi. Artikel ini menerapkan rangkaian tes yang diselenggarakan tiap tahun bagi para mahasiswa dalam upaya menentukan tingkat intelektual. Tes ini diselenggarakan secara individu, meliputi ukuran-ukuran kekuatan otot dan pendengaran, pembedaan berat, waktu reaksi, sakit, ketajaman penglihatan dan pendengaran, pembedaan berat, waktu reaksi, ingatan, dan sebagainya. 

Kraepelin (1895), sangat berminat pada pemeriksaan klinis atas pasien-pasien psikiatris, mempersiapkan serangkaian panjang tes-tes untuk mengukur apa yang dianggap sebagai faktor-faktor dasar dalam pencarian individu. Tes ini hanya memanfaatkan operasi-operasi aritmetika sederhana, dirancang untuk mengukur dampak latihan, memori, dan kerentanan terhadap kelelahan dan penurunan perhatian. 

Ebbinghaus (1897), Menyelenggarakan tes-tes komputaso aritmetik, rentang memori, dan melengkapi kalimat bagi anak-anak sekolah.

Diantara 3 tes ini, yang paling kompleks adalah tes melengkapi kalimat, merupakan satu-satunya tes yang menunjukan hubungan yang jelas dengan prestasi skolastik anak. 

Minggu, 23 Maret 2014

Tes Individu, Tes Populasi Khusus, dan Tes Minat.

•Tes Individu
Tes individu yaitu tes intelegensi. tes ini memberikan secara khusus sebuah skor rangkuman tunggal seperti IQ tradisional sebagai tingkat kinerja umum orang yang di tes. tes ini juga menghasilkan skor-skor pada subtes atau kelompok-kelompok subtes yang menaksir kemampuan yang diruskan secara lebih sempit. tes intelegensi sering digunakan sebagai instrumen penyaringan awal untuk diikuti oleh tes bakat kemampuan khusus. 

macam-macam tes individu:
1. Skala intelegensi Stanford-Binet.
2. Skala Wechsler.
3. Skala Kaufman.
4. Skala kemampuan diferensial.
5. DAS-Naglieri Cognitive Assessment System.

•Tes Populasi Khusus
Tes populasi digunakan pada orang-orang yang tidak bisa diuji dengan cara biasa.
Jenis-jenis tes populasi khusus:
1. Tes Kinerja.
2. Tes Nonbahasa atau Nonverbal.

Macam-macam tes populasi khusus:
1. Pengetesan bayi dan anak-anak Prasekolah.
2. Pengetesan orang-orang terbelakang mental.
3. Mengetes penyandang cacat jasmani.
4. Pengetesan multikultural.

•Tes Minat
Minat seseorang merupakan aspek penting kepribadian. Karakteristik ini secara material memengaruhi prestasi pendidikan dan pekerjaan, hubungan antarpribadi, kesenangan yang didapatkan sehari-hari. 
Jadi, Sebuah kuisioner dirancang untuk menaksir kekuatan relatif minat dalam pekerjaan yang bersifat menyelidikan (investigatif), artistik, atau konvensional. 

Studi tentang minat mendapatkan dorongan terkuat dari penaksiran pendidikan dan karir. Meskipun lebih sedikit kadarnya pengembangan tes dalam area ini juga dirangsang oleh seleksi dan klasifikasi pekerjaan. Dari sudut pandang pekerja maupun pemberi kerja, pertimbangan tentang minat individu bernilai praktis.

Foto Up "Mata Kanan"

Saya di tugaskan oleh dosen saya untuk menghadiri suatu acara yang di adakan oleh ukm photography di kampus saya yaitu Foto Up. tema acara kali ini adalah "Mata Kanan" mengapa mata kanan? "karna di setiap kita foto pasti kita mengeker dengan mata sebelah kanan" ujar salah satu anggotanya.

disini saya tertarik dengan salah satu foto karya Livia yang berjudul "Metamorfosis".


mengapa saya tertarik dengan foto ini? 
selain indahnya foto ini tentu memerlukan teknik khusus untuk bisa mengambil gambar serangga yang sensitif dengan gerakan ini. saya juga tertarik dengan judul "metamorfosis" dari foto ini yang memberikan makna tersendiri bagi saya, karna menurut saya metamorfosis adalah suatu proses yang tidak mudah untuk dilalui jika kita menjadi seekor serangga. 
dari Telur --> Larva (Ulat) --> Pergantian kulit saat menjadi larva --> Berhenti makan (puasa) --> Fase pupa --> Fase Imago. proses yang panjang dan sulit untuk menjadi serangga dewasa yang indah. 

              Secara ilmiah dapat di katakan bahwa serangga adalah hewan yang mengalami metamorfosis sempurna, dan dalam kehidupan daur hidup serangga yang sempurna inilah yang ketika kita amati dan telaah ternyata memiliki makna mendalam bagi kehidupan.
ketika kita bicara tentang serangga dalam foto tersebut yang ada di benak kita adalah "INDAH". serangga tersebut memang hewan yang indah, namun untuk menuju keindahannya ada proses yang harus ia tempuh yaitu:
  • di cela, di cemooh, bahkan ulat di anggap hama dan harus dibasmi
  • berpuasa saat ia menjadi kepompong
  •  berjuang untuk terbang dan mencapai keindahannya 
  • bereproduksi untuk melestarikan keturunanya 
             Sebuah perjuangan yang sangat rumit dan luar biasa, kita dapat mengambil sebuah makna dalam hidup kita, ketika kita menuju sebuah impian atau cita-cita maka di perlukan sebuah usaha walaupun pada awalnya kita jatuh, di hina, di cemooh dengan kesabaran yang kita miliki suatu saat kita pasti dapat menemukan sebuah impian yang ingin kita tuju yaitu kesuksesan, maka kita akan menjadi seseorang yang mencapai keindahan pada waktunya. jatuh bangun adalah sebuah proses yang biasa untuk menjadi luar biasa dan kesabaran adalah kunci untuk kita tetap teguh pada pendirian dan tidak berputus asa. Ikhlas, Tawakal dan Syukur kunci dari kita mencapai sebuah tujuan yaitu "SUKSES"



Minggu, 16 Maret 2014

Konsep Dasar Test Psikologi

Konsep Dasar Instrumen Asesmen

Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang objektif atas sampel perilaku tertentu. Bagi Anda sebagai pendidik, tes merupakan salah satu instrumen asesmen yang banyak digunakan untuk menggali informasi tentang sejauh mana tingkat penguasaan kompetensi siswa terhadap kompetensi yang dipersyaratkan. Tes pada dasarnya merupakan alat ukur pembelajaran yang paling banyak digunakan dalam melakukan asesmen proses dan hasil belajar siswa dalam pengajaran klasikal.

Terdapat lima jenis atau cara pembagian tes yaitua) Pembagian jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan, b) Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan, c) Pembagian jenis tes berdasarkan cara mengerjakan, d) Pembagian jenis tes berdasarkan cara penyusunan, e) Pembagian jenis tes berdasarkan bentuk jawaban.

Jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan terdiri dari Tes SeleksiTes PenempatanTes Hasil BelajarTes Diagnostikdan Tes Uji Coba. Sedangkan Jenis tes berdasarkan tahapan atauwaktupenyelenggaraannya meliputi Tes Masuk (Entrance Test), Tes Formatif (Formative Test),Tes Sumatif (Summative Test)Pra-Testdan Post-Test. Secara umum, tes dapat dikerjakan secara tertulis dan secara lisan dalam bentuk tes essai maupun objektif.

FUNGSI, TARAF VALIDASI, DAN APLIKATIF TES-TES PSIKOLOGI

Secara mendasar, fungsi tes psikologi adalah untuk mengestimasi perbedaan antara individu serta reaksi-reaksi individu yang muncul pada situasi yang sama ataupun berbeda.

Awalnya tes psikologi berkembang dari asumsi untuk mengidentifikasi individu yang mengalami keterbelakangan mental, hingga sekarang penggunaannya secara klinis mencakup subjek-subjek dengan gangguan emosional yang parah maupun masalah-masalah perilaku yang lainnya. Salah satu motivasi perkembangan tes psikologi juga mendasar pada kebutuhan untuk memberikan penilaian dalam bidang pendidikan, misalnya Tes Inteligensi Binnet yang masih digunakan hingga sekarang. Selain itu, peranan lainnya adalah untuk menyeleksi dan klasifikasi sumber daya manusia yang digunakan dalam industri-industri dalam memilih karyawannya, dalam memilih personil militer, dan lain sebagainya.

Penggunaan tes psikologi dalam konseling perorangan mencakup dari aspek perencanaan pendidikan, pekerjaan, hingga pada semua aspek kehidupan yang lebih luas, misalnya kestabilan emosi, pola-pola hubungan interpersonal, pemahaman diri, pengembangan diri, hingga sarana untuk mencari solusi bagi beragam gangguan dan disfungsi psikologis seperti gangguan perilaku pada remaja, bahkan lebih luas lagi berguna dalam penelitian-penelitian dasar.

Suatu tes psikologi akan berbeda fungsinya dengan tes psikologi lainnya. Ini mengilustrasikan bahwa suatu tes psikologi disusun dengan sifat-sifat tes dan fungsi yang berbeda. Beberapa tes berfokus pada penilaian ciri-ciri atau kognitif yang berkisar mengestimasi kemampuan dan potensi pada individu hingga keterampilan sensorimotor yang spesifik.

Secara paktis, tes psikologi adalah alat ukur yang objektif dan dibakukan atas sampel perilaku tertentu. Dalam penyeleksian item-item soal tes juga dipertimbangkan dengan jumlah subjek yang menjadi sampel perilaku yang melewati tiap item soal tersebut. Hal ini memungkinkan ada sejumlah item tes akan dieliminasi. Mengenai seberapa besar keakuratan suatu alat tes psikologi nampaknya tidak dapat ditentukan secara pasti. Kadang-kadang dalam suatu situasi kehandalannya dapat teruji. Di sisi lainnya, pendapat-pendapat subjektif, dugaan-dugaan, dan bias-bias pribadi bias mengarah pada klaim-klaim berlebihan mengenai apa yang dicapai oleh tes tersebut. Evaluasi objektif tes-tes psikologi adalah suatu solusi untuk mengetahui validitas dan kehandalan alat tes dalam situasi-situasi khusus.

Langkah-langkah Menyusun tes

Penyusunan tes sangat besar pengaruhnya terhadap peserta yang akan mengikuti tes, untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat. Dalam perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan testeryaitu :

1.Menentukan cakupan materi yang akan diukur. Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu (1) Menulis kompetensi dasar, (2) Menulis materi pokok, (3) Menentukan indikator, dan (4) Menentukan jumlah soal.

2. Memilih Bentuk Tes. Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.

3. Menetapkan panjang Tes. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu : bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, kehandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.

Kriteria Tes Yang Baik

Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas yaitu a) Valid, b) Relevan, c) Spesifik, d) Representatif, e) Seimbang, f) Sensitif , g) Fair, dan h) Praktis. Kualitas instrumen sebagai alat ukur ataupun alat pengumpul data diukur dari kemampuan alat ukur tersebut untuk dapat mengungkapkan dengan secermat mungkin fenomena-fenomena ataupun gejala yang diukur. Kualitas yang menunjuk pada tingkat keajegan, kemantapan, serta konsistensi dari data yang diperoleh itulah yang disebut dengan validitas dan reliabilitas.

Validitas alat ukur menunjukkan kualitas kesahihan suatu instrument, Alat pengumpul data dapat dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur/ diingikan. Jenis-jenis validitas yang dapat dipakai sebagai kriterium, dalam menetapkan tingkat kehandalan tes, diantaranya adalah : a) Validitas Permukaan (Face Validity)b) Validitas Konsep (Construct Validity), danc)Validitas Isi (Content Validity).

Kerlinger (1986:443) mengemukakan bahwa reliabilitas dapat ukur dari tiga kriteria yaitu: (1)Stabilityyaitu kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama pada waktu yang berbeda. (2) Dependability yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan. (3) PredictabilityOleh karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya.

Cara mencari koefisien reliabilitas alat ukur, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara,dimana masing-masing cara mempunyai kekurangan dan keunggulan tersendiri. Berbagai pilihan tentang cara menetapkan tingkat reliabilitas alat ukur tersebut adalah : a) Teknik Pengulangan (Test and Re Test Reliability, b). Teknik Bentuk Paralel (Alternate Form Reliability), c) Teknik belah dua (Split Half reliability). Oleh karenanya, untuk mendapatkan gambaran koefisien secara keseluruhan, koefisien antar belahan tersebut masih perlu dikoreksi dengan formula berikut ini : N r x1 x2

Reliability = 1 + r x1 x1

Dimana :

x1adalah skor dari belahan satu,

x2 adalah skor dari belahan kedua, dan

n adalah banyaknya subjek pada setiap bagian (belahan).

d) Kuder Richardson Reliability. Cara ini diberlakukan bila instrumen digunakan untuk mengukur satu gejala psikologis atau perilaku yang sama, artinya alat ukur tersebut dapat dikatakan reliabel bila terbukti ada konsistensi jawaban antaritem yang satu dengan item yang lain. e) Cronbach Alpha Reliability. Cara ini juga dikembangkan untuk menguji konsistensi internal dari suatu alat ukur.Perbedaan pokok denganModel Kuder Richardson adalah bahwa teknik ini tidak hanya untuk instrumen dengan dua pilihan tetapi tidak terikat pada dua pilihan saja, sehingga penerapannya lebih luas, misalnya untuk menguji reliabilitas skala pengukuran sikap dengan 3, 5 atau 7 pilihan.

Macam-Macam tes Psikologis

Berdasarkan aspek mental dan psikologis yang diungkap, maka secara garis besar tes psikologis dibagi menjadi dua macam berdasarkan sasaran yang hendak dicapai, yaitu:

1. Mengungkap aspek kognitif (intelegensi)

  1. Tes Binnet

  2. Tes Wechsler (Wechsler Adult Intelligence Scale, Wechsler Intelligence Scale for Children, Wechsler Preschool and Primary Scale for Intelligence)

  3. Tes Raven (Standard Progressive Matrices, Coloured Progressive Matrices, Advanced Progressive Matrices)

  4. TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia)

2. Mengungkap aspek kepribadian

a. Teknik Non-Proyektif (Objektif)

  1. EPPS (Edwards Personal Preference Schedule)

  2. MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory)

  3. 16 PF

  4. CAQ (Clinical Analysis Questionnaire)

b. Teknik Proyektif

  1. TAT (Thematic Apperception Test)

  2. Tes Grafis

  3. Tes Wartegg

  4. SSCT (Sack Sentence Completion Test)

  5. Tes Szhondi (sarana proyeksinya foto)

  6. Tes Rorschach (salah satu tes bercak tinta)

Tes Kepribadian Laporan diri

Tes kepribadian adalah instrumen untuk mengukur ciri-ciri emosi, motivasi, antarpribadi, dan sikap, yang dibedakan dari kemampuan. Dalam perkembangan tes kepribadian, berbagai pendekatan yang digunakan dewasa ini antara lain berdasarkan pada relevansi isi, pemasukan kriteria empiris, analisis faktor, dan teori kepribadian. Pendekatan tersebut saling melengkapi satu sama lain. Dalam pratek sesungguhnya, inventori saat ini menggunakan dua atau lebih prosedur laporan diri ini.

Sumber: http://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2012/05/15/tes-tes-berbasis-psikologi/

Minggu, 09 Maret 2014

psikodiagnostik dan psikologi diferensial

Psikologi Psikodiagnostik

PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIK
Psikotes          : prosedur standar untuk mengukur sampel perilaku dan menguraikannya berdasarkan kategori, hasilnya digunakan untuk mendiagnosa dan memprediksi berdasarkan norma yang berlaku.
Diagnose         : kemampuan menggambarkan kondisi subyek yang diperiksa.
Prediksi           : memberikan estimasi performance.

PSIKOLOGI DIFERENSIAL
Psi. diferensial : psi. yang mempelajari perbedaan didalam fungsi psi. individu.

PSI. DIFERENSIAL DILATAR BELAKANGI OLEH :
1.     KARAKTEROLOGI
Bertujuan untuk mengembalikan perbedaan azasi manusia kedalam tipe dasar yang sederhana.
2.     PSIKODIAGNOSTIK
Bertujuan untuk menentukan hubungan antara suatu keadaan atau gerakan manusia yang dapat diamati dari luar dgn cirri-ciri individu didalam dirinya untuk memahami karakter.
Contoh :
Fisiognomi    : menghubungkan sifat dengan raut wajah.
Prenologi (karinologi) : menghubungkan bentuk kepala dengan sifat manusia.
Grafologi      : tulisan tangan dengan sifat manusia.
Mandel          : hukum Mandel
Galtom          : perbedaan faali
Cattel              : Mental tes

STRUKTUR PSIKIS ATAU CIRI-CIRI PSIKIS INDIVIDU
1.     1. GEJALA  : Segela sesuatu yang dialami atau ditangkap secara langsung.
-         Gejala psikis  : hanya dapat diketahui oleh individu yang bersangkutan.
-         Gejala Fisik    : selain individu dapat diamati oleh orang lain (ekspresi wajah). 

2.     AKT         : serangkaian gejala yang mempunyai kesatuan dan mempunyai tujuan, serta berlangsung didalam kurun waktu tertentu.
-         Ada masa awal dan akhir
-         Akt member segala arah
Akt fisik           : berjalan ke ……………………
Akt psikis        : memikirkan pemecahan masalah.

3.     DIPOSISI       : adalah penyebab dari akt & gejala, waktu berlangsung tidak terbatas.
Contoh : tempramen, sifat, bakat, kemampuan
Psikis : kepekaan perasaan
Fisik : pencemaran buruk
Netral : kemampuan menyesuaikan diri

APLIKASI PSIKODIAGNOSTIK
1.     PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2.     PSIKOLOGI KLINIS
3.     PSIKOLOGI SOSIAL
4.     PSIKOLOGI INDUSTRI DAN
        ORGANISASI
5.     PSIKOLOGI UMUM DAN
        EKSPERIMEN
6.     PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PENGGUNAAN PSIKODIAGNOSTIK
1.     CLINICAL SETTING : digunakan pada usaha mendeteksi gangguan psikis yg dialami individu/klien dan mengukur kemampuan/kekuatan pribadi yang dimiliki individu, sehingga dapat diterapkan pola terapi/treatment yang efektif. Contoh: di RS, pusat kesehatan mental, klinik-klinik konsultasi Psi.
2.     LEGAL SETTING      :  penggunaan di pengadilan, rumah pemasyarakatan, tempat-tempat rehabilitasi yang berhubungan dengan masalah tindakan kejahatan, pusat rehabilitasi penderita narkotika.
3.     EDUCATIONAL AND VOCATIONAL GUIDANCE : focus pemeriksaannya lebih ditekankan bidang pengembangan studi dan kerja. Digunakan di sekolah, universitas, pusat-pusat latihan dan pusat bimbingan karir.
4.     EDUCATIONAL AND VOCATIONAL SELECTION :  digunakan untuk rekuitment diperusahaan dan bidang pekerjaan, penempatan, mutasi, dll.
5.     RESEARCH SETTING          : untuk kepentingan pengembangan ilmu dan pengmbangan tehnik serta metode diagnostic. Digunakan dilingkup akademik dan perguruan tinggi.

METODE PSIKODIAGNOSTIK
1.     OBSERVASI
Suatu aktifitas dg sengaja dan sistimatis mengamati aktifitas individu dan tingkah laku individu dg menggunakan alat utama penyelidikan adalah : INDRA.
Situasi Observasi:
-         Natural setting/alamiah
-         Simulated Setting/Tiruan
-         Laboratorium
           
 Ditinjau dari aspek yang diobservasi/diamati:
-         Event Sampling        : yang diamati hanya beberapa aspek tingkah laku pada saat tertentu.
-         Time Sampling          : yang dicatat dan diamati adalah apa saja yang dilakukan individu pada waktu tertentu.

 Klasifikasi Metode Observasi
·        Non partisipan
·        Partisipan
·        Situasi eksperimen

2.     METODE ANGKET
Angket : suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar isian yang harus diisi yang berdasarkan pd sejumlah subyek atas jawaban atau isian tersebut.
Klasifikasi Angket :
·        Berdasarkan atas siapa yang menjawab/mengisi
-         Langsung
-         Tidak langsung
·        Berdasarkan bentuk
-         Terbuka
-         Tertutup

·        Berdasarkan factor/aspek yang diukur
-         Umum
-         Khusus
            
Kebaikan :
·        Biaya relative murah
·        Waktu lebih singkat
·        Dapat dilakukan pd subjek dg jumlah
          besar
·        Mudah digunakan dan dilaksanakan
Kelemahan :
·        Tidak mudah merumuskan terlebih dahulu
          masalah yang ingin diteliti
·        Bahasa mudah dipahami, tidak selalu
         mempunyai arti yang sama
·        Akurasi data kurang, bila mendapatkan
         informasi terlebih dahulu

3.     METODE WAWANCARA
Adalah yg berdasarkan pada laporan verbal dimana terdapat hubungan langsung antara penyelidik dengan yang diselidiki.
Wawancara adalah suatu situasi dimana terjadi pertukaran pandangan & informasi antara dua orang yang saling bertemu / berhubungan.

Dalam wawancara:
1. komunikasi berbentuk verbal & non verbal
2. sangat penting untuk membentuk relasi antar personal
3. pertanyaan mempunyai tujuan & arah

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:
1. waktu 
2. isi wawancara
3. respon yang diharapkan  
- jawaban yang terbuka
- jawaban yang tertutup 
4. umpan balik : suatu usaha untuk memperjelas informasi yang diperoleh.

Paraphrasing : mengungkapkan kembali apa yg dikatakan dari orang yg diwawancarai.
Perception Checking : mencari kesamaan persepsi dari yang mewawancarai & yg diwawancarai.

kelebihan wawancara :
1. merupakan tehnik yg tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi
2. dapat dilaksanakan pada setiap individu & pd setiap tingkat usia
3. tidak dibatasi oleh kemampuan membaca atau menulis
4. bisa dilakukan serempak sambil diobservasi
5. data yang masuk lebih banyak & lebih tepat
6. kerahasiaan pribadi lebih terjamin

Kelemahan :
1. membutuhkan waktu, tenaga dan biaya lebih banyak
2. sangat tergantung individu yang di wawancarai 
3. dilaksanakan oleh orang yang ahli
4. mudah dipengaruhi oleh situasi sekitar 
5. subyektifitas sangat mempengaruhi hasil

METODE PENGUMPULAN BAHAN-BAHAN
Klasifikasi :
a. Alat-alat permainan : bagaimana ia bermain, memainkan apa, alat yang digunakan dan hasil akhir.
b. Hasil karya : dipandang sebagai pengabdian dari pada tingkah laku. Hasil karya: puisi, prosa, gambaran, dan tulisan tangan. Kedudukan: sbg metode pelengkap.

METODE BIOGRAFIS
Metode yg mempergunakan bahan-bahan yg berwujud tulisan mengenai kehidupan subyek yg diselidiki. baik tulisan yg dibuat oleh subyek sendiri maupun oleh orang lain.
a. Biografi
b. Otobiografi
c. Buku Harian
d. Kenang-kenangan masa muda
e. Case History

METODE PSIKODIAGNOSTIK
  1. Pendekatan Kualitatif : kelebihan: kepekaan memahami gejala psikologi penyesuaian teori lebih komprehensif, profesi onalitas meningkat, polivalensi (memberikan banyak kemungkinan). Kelemahan: kurang efesien & subyektif.
  2.  Pendekatan Kuantitatif : kelebihan: obyektif & efesien. kelemahan: - mengabaikan dinamika, - hanya mepersoalkan benar/salah, -monovalensi (mengenal 1 kemungkinan).
sumber: http://retno-psikolog.blogspot.com/2010/10/psikologi-psikodiagnostik.html?m=1




PSIKODIAGNOSTIK
Definisi Inteligensi
1.      Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi yang hidup antara tahun 1857-1911, bersama Theodore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai terdiri atas tiga komponen, yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan (c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticism.

2.       Di tahun 1961 Lewis Madison Terman mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak, sedangkan H.H Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.

3.      V.A.C. Henmon, salah seorang diantara penyusun Tes Inteligensi Kelompok Henmon – Nelson, mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua macam faktor, yaitu (a) kemampuan untuk memperoleh pengetahuan, dan (b) pengetahuan yang telah diperoleh (Wilson, dkk., 1974, dalam Azwar, 1996). Definisi ini agak bersesuaian maksudnya dengan definisi yang pernah diusulkan oleh Baldwin di tahun 1901 yang mengatakan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami (Wechsler, 1958, dalam Azwar, 1996).

4.      Edward Lee Thorndike (1913), seorang tokoh psikologi fungsionalisme yang hidup antara tahun 1874-1949, mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta (Wilson, dkk., 1974, dalam Azwar, 1996).

5.      Di tahun 1941, George D. Stoddard menyebut inteligensi sebagai bentuk memampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan (a) mengandung kesukaran, (b) kompleks, yaitu mengandung bermacam jenis tugas yang harus dapat diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang inteligen mampu menyerap kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah, (c) abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan interpretasi, (d) ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental yang efisien dari segi penggunaan waktu, (e) diarahkan pada suatu tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan mengikuti suatu arah atau target yang jelas, (f) mempunyai niali sosial, yaitu cara dan hasil pemecahan masalah dapat diterima oleh nilai dan norma sosial, dan (g) berasal dari sumbernya, yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain.

6.      David Wechsler, pencipta skala-skala inteligensi Wechsler yang sangat popular sampai waktu ini, mendefinisikan inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif (Wechsler, 1958; Bernard, 1965, dalam Azwar, 1996).

7.      Walter dan Gardner pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Kemudian Flynn mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.

8.      Sternberg dan Berg dalam sajian suatu reviu terhadap definisi inteligensi dengan membandingkan atribut yang terdapat dalam berbagai definisi inteligensi yang pernah dihimpun pada tahun 1921 dan tahun 1986, dalam definisi berselang lebih dari enam dekade itu tampak bahwa sekalipun rumusan definisi inteligensi itu mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu akan tetapi sejak dulu tidak pernah mengurangi penekanan pada aspek kognitifnya. Istilah yang digunakan mungkin berbeda namun tetap mengacu pada makna kognitif.


Teori Inteligensi
1.      Thurstone
Thurstone adalah tokoh Chicago. Ia sependapat dengan Burt bahwa ada faktor c yang berfungsi pada sejumlah perilaku. Juga sependapat dengan Burt mengenai adanya faktor s yang jumlahnya banyak sekali, sebanyak perilaku khusus yang dilakukan oleh manusia yang bersangkutan. Akan tetapi, Thurstone berpendapat bahwa faktor g itu tidak ada. Menurutnya hanya ada dua faktor saja, yaitu faktor c dan faktor s.
Adapun faktor c itu menurut Thurstone benyaknya ada tujuh macam, yaitu:

a.       Faktor ingatan, kemampuan untuk mengingat, memory, diberi lambang huruf M
b.      Faktor-faktor verbal, kecakapan untuk menggunakan bahasa, verbal factor, dilambangkan dengan huruf V.
c.       Faktor bilangan, kemampuan untuk bekerja dengan bilangan, misalnya kecakapan berhitung, dan sebagainya (numerical factor), dilambangkan dengan huruf N.
d.       Faktor kelancaran kata-kata, word fluency, dilambangkan dengan huruf W, yaitu seberapa lancar seseorang mempergunakan kata-kata yang sukar ucapannya. Faktor ini dianggap pula merupakan petunjuk daripada kelancaran dalam kerja mental, yaitu mudah tidaknya seseorang mengubah pikirannya atau mengalihkan pikirannya sesuai dengan kebutuhan.
e.       Faktor penalaran atau reasoning, yang diberi lambang huruf R. Faktor ini mendasari kecakapan berfikir logis.
f.       Faktor persepsi atau perseptional factor, yang diberi lambang huruf P. Yaitu kemampuan untuk mengamati dengan cepat dan cermat.
g.      Faktor keruangan atau spatial factor, yang diberi lambang huruf S. Ialah kemampuan untuk mengadakan orientasi dalam ruang.
Kalau sekiranya ada kecakapan umum, itu bukan karena adanya faktor g, melainkan karena kombinasi faktor c tersebut.

2.      Howard Gardener
Howard Gardner mengembangkan teori multiple intelegence yang mengidentifikasi dan mengembangkan spectrum yang luas dalam diri setiap anak. Masing-masing anak akan mengembangkan kecerdasan khusus dalam salah satu dan kesembilan kecerdasan yaitu kemampuan logika matematika, musik, kinestetik jasmani, linguistik, spasial, interpersonal,intrapersonal, naturalistic, dan eksistensial. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya.

Sembilan Jenis Kecerdasan menurut Gardner
·         Jenis kecerdasan pertama, kecerdasan linguistik, adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Jenis pemikiran inilah yang menghasilkan King Lear karya Shakespeare, Odyssey karya Homerus, dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargu-mentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka senang bermain-main de¬ngan bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata (pun), dan tongue twister. Kadang-kadang mereka pun mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra. Mereka gemar sekali membaca, dapat menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas.
·         Jenis kecerdasan kedua, Logis-matematis, adalah kecerdasan dalam hal angka dan hgika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer. Newton menggunakan kecerdasan ini ketika ia menemukan kalkulus. Demikian pula dengan Einstein ketika ia menyu-sun teori relativitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-mate-matis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.
·         Kecerdasan Spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga, mencakup bapikir dalam gambar, serta kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. Siapa pun yang merancang piramida di Mesir, pasti mempunyai kecerdasan ini. Demikian pula dengan tokoh-tokoh seperti Thomas Edison, Pablo Picasso, dan Ansel Adams. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
·         Kecerdasan musikal adalah jenis kecerdasan keempat. Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Bach, Beethoven, atau Brahms, dan juga pemain gamelan Bali atau penyanyi cerita epik Yugoslavia, se-muanya mempunyai kecerdasan ini. Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu.
·         Kecerdasan kelima, kinestetik-jasmani, adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan kete-rampilan dalam menangani benda. Atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat tinggi. Demikian pula Charlie Chaplin, yang memanfaatkan kecerdasan ini untuk melakukan gerakan tap dance sebagai "Little Tramp". Orang dengan ke¬cerdasan fisik memiliki keterampilan dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga menikmati kegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau berperahu. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
·         Kecerdasan keenam adalah kecerdasan Antarpribadi. Ini adalah ke¬mampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut kemampuan untuk mencerap dan tang-gap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Direk-tur sosial sebuah kapal pesiar harus mempunyai kecerdasan ini, sama halnya dengan pemimpin perusahaan besar. Seseorang yang mempunyai kecerdasan antarpribadi bisa mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar seperti Mahatma Gandhi, atau bisa juga suka memanipulasi dan licik seperti Machiavelli. Namun, mereka semua mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi networker, perunding, dan guru yang ulung.

·         Kecerdasan Ketujuh adalah kecerdasan Intrapribadi atau kecerdasan dalam diri sendiri. Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan wirau-sahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya, mereka juga sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan, dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar bela-jar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain. (Armstrong: 1999: 3-6)
·         Kecerdasan kedelapan, Kecerdasan Naturalis (Lingkungan). Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.Orang yang punya inteligensi lingkungan tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan kla-sifikasi tanaman dan binatang. Orang ini mempunyai kemam¬puan mengenal sifat dan tingkah laku binatang, biasanya mencintai lingkungan, dan tidak suka merusak lingkungan hidup. Salah satu contoh orang yang mungkin punya inteligensi lingkungan tinggi adalah Charles Darwin. Kemampuan Dar¬win untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga, burung, ikan, mamalia, membantunya mengembangkan teori evolusi.Inteligensi lingkungan masih dalam penelitian lebih lanjut karena masih ada yang merasa bahwa inteligensi ini sudah termasuk dalam inteligensi matematis-logis. Namun, Gardner berpendapat bahwa inteligensi ini memang berbeda dengan inteligensi matematis-logis.
·         Kecerdasan kesembilan, Kecerdasan Eksistensial, intelegensi ini menyangkut kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Kindi, Ibn Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai inteligensi eksistensial tinggi.

Teori Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

sumber: http://psikoumum.blogspot.com/p/psikodiagnostik.html?m=1