Minggu, 09 Maret 2014

psikodiagnostik dan psikologi diferensial

Psikologi Psikodiagnostik

PENGERTIAN PSIKODIAGNOSTIK
Psikotes          : prosedur standar untuk mengukur sampel perilaku dan menguraikannya berdasarkan kategori, hasilnya digunakan untuk mendiagnosa dan memprediksi berdasarkan norma yang berlaku.
Diagnose         : kemampuan menggambarkan kondisi subyek yang diperiksa.
Prediksi           : memberikan estimasi performance.

PSIKOLOGI DIFERENSIAL
Psi. diferensial : psi. yang mempelajari perbedaan didalam fungsi psi. individu.

PSI. DIFERENSIAL DILATAR BELAKANGI OLEH :
1.     KARAKTEROLOGI
Bertujuan untuk mengembalikan perbedaan azasi manusia kedalam tipe dasar yang sederhana.
2.     PSIKODIAGNOSTIK
Bertujuan untuk menentukan hubungan antara suatu keadaan atau gerakan manusia yang dapat diamati dari luar dgn cirri-ciri individu didalam dirinya untuk memahami karakter.
Contoh :
Fisiognomi    : menghubungkan sifat dengan raut wajah.
Prenologi (karinologi) : menghubungkan bentuk kepala dengan sifat manusia.
Grafologi      : tulisan tangan dengan sifat manusia.
Mandel          : hukum Mandel
Galtom          : perbedaan faali
Cattel              : Mental tes

STRUKTUR PSIKIS ATAU CIRI-CIRI PSIKIS INDIVIDU
1.     1. GEJALA  : Segela sesuatu yang dialami atau ditangkap secara langsung.
-         Gejala psikis  : hanya dapat diketahui oleh individu yang bersangkutan.
-         Gejala Fisik    : selain individu dapat diamati oleh orang lain (ekspresi wajah). 

2.     AKT         : serangkaian gejala yang mempunyai kesatuan dan mempunyai tujuan, serta berlangsung didalam kurun waktu tertentu.
-         Ada masa awal dan akhir
-         Akt member segala arah
Akt fisik           : berjalan ke ……………………
Akt psikis        : memikirkan pemecahan masalah.

3.     DIPOSISI       : adalah penyebab dari akt & gejala, waktu berlangsung tidak terbatas.
Contoh : tempramen, sifat, bakat, kemampuan
Psikis : kepekaan perasaan
Fisik : pencemaran buruk
Netral : kemampuan menyesuaikan diri

APLIKASI PSIKODIAGNOSTIK
1.     PSIKOLOGI PENDIDIKAN
2.     PSIKOLOGI KLINIS
3.     PSIKOLOGI SOSIAL
4.     PSIKOLOGI INDUSTRI DAN
        ORGANISASI
5.     PSIKOLOGI UMUM DAN
        EKSPERIMEN
6.     PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PENGGUNAAN PSIKODIAGNOSTIK
1.     CLINICAL SETTING : digunakan pada usaha mendeteksi gangguan psikis yg dialami individu/klien dan mengukur kemampuan/kekuatan pribadi yang dimiliki individu, sehingga dapat diterapkan pola terapi/treatment yang efektif. Contoh: di RS, pusat kesehatan mental, klinik-klinik konsultasi Psi.
2.     LEGAL SETTING      :  penggunaan di pengadilan, rumah pemasyarakatan, tempat-tempat rehabilitasi yang berhubungan dengan masalah tindakan kejahatan, pusat rehabilitasi penderita narkotika.
3.     EDUCATIONAL AND VOCATIONAL GUIDANCE : focus pemeriksaannya lebih ditekankan bidang pengembangan studi dan kerja. Digunakan di sekolah, universitas, pusat-pusat latihan dan pusat bimbingan karir.
4.     EDUCATIONAL AND VOCATIONAL SELECTION :  digunakan untuk rekuitment diperusahaan dan bidang pekerjaan, penempatan, mutasi, dll.
5.     RESEARCH SETTING          : untuk kepentingan pengembangan ilmu dan pengmbangan tehnik serta metode diagnostic. Digunakan dilingkup akademik dan perguruan tinggi.

METODE PSIKODIAGNOSTIK
1.     OBSERVASI
Suatu aktifitas dg sengaja dan sistimatis mengamati aktifitas individu dan tingkah laku individu dg menggunakan alat utama penyelidikan adalah : INDRA.
Situasi Observasi:
-         Natural setting/alamiah
-         Simulated Setting/Tiruan
-         Laboratorium
           
 Ditinjau dari aspek yang diobservasi/diamati:
-         Event Sampling        : yang diamati hanya beberapa aspek tingkah laku pada saat tertentu.
-         Time Sampling          : yang dicatat dan diamati adalah apa saja yang dilakukan individu pada waktu tertentu.

 Klasifikasi Metode Observasi
·        Non partisipan
·        Partisipan
·        Situasi eksperimen

2.     METODE ANGKET
Angket : suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar isian yang harus diisi yang berdasarkan pd sejumlah subyek atas jawaban atau isian tersebut.
Klasifikasi Angket :
·        Berdasarkan atas siapa yang menjawab/mengisi
-         Langsung
-         Tidak langsung
·        Berdasarkan bentuk
-         Terbuka
-         Tertutup

·        Berdasarkan factor/aspek yang diukur
-         Umum
-         Khusus
            
Kebaikan :
·        Biaya relative murah
·        Waktu lebih singkat
·        Dapat dilakukan pd subjek dg jumlah
          besar
·        Mudah digunakan dan dilaksanakan
Kelemahan :
·        Tidak mudah merumuskan terlebih dahulu
          masalah yang ingin diteliti
·        Bahasa mudah dipahami, tidak selalu
         mempunyai arti yang sama
·        Akurasi data kurang, bila mendapatkan
         informasi terlebih dahulu

3.     METODE WAWANCARA
Adalah yg berdasarkan pada laporan verbal dimana terdapat hubungan langsung antara penyelidik dengan yang diselidiki.
Wawancara adalah suatu situasi dimana terjadi pertukaran pandangan & informasi antara dua orang yang saling bertemu / berhubungan.

Dalam wawancara:
1. komunikasi berbentuk verbal & non verbal
2. sangat penting untuk membentuk relasi antar personal
3. pertanyaan mempunyai tujuan & arah

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:
1. waktu 
2. isi wawancara
3. respon yang diharapkan  
- jawaban yang terbuka
- jawaban yang tertutup 
4. umpan balik : suatu usaha untuk memperjelas informasi yang diperoleh.

Paraphrasing : mengungkapkan kembali apa yg dikatakan dari orang yg diwawancarai.
Perception Checking : mencari kesamaan persepsi dari yang mewawancarai & yg diwawancarai.

kelebihan wawancara :
1. merupakan tehnik yg tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi
2. dapat dilaksanakan pada setiap individu & pd setiap tingkat usia
3. tidak dibatasi oleh kemampuan membaca atau menulis
4. bisa dilakukan serempak sambil diobservasi
5. data yang masuk lebih banyak & lebih tepat
6. kerahasiaan pribadi lebih terjamin

Kelemahan :
1. membutuhkan waktu, tenaga dan biaya lebih banyak
2. sangat tergantung individu yang di wawancarai 
3. dilaksanakan oleh orang yang ahli
4. mudah dipengaruhi oleh situasi sekitar 
5. subyektifitas sangat mempengaruhi hasil

METODE PENGUMPULAN BAHAN-BAHAN
Klasifikasi :
a. Alat-alat permainan : bagaimana ia bermain, memainkan apa, alat yang digunakan dan hasil akhir.
b. Hasil karya : dipandang sebagai pengabdian dari pada tingkah laku. Hasil karya: puisi, prosa, gambaran, dan tulisan tangan. Kedudukan: sbg metode pelengkap.

METODE BIOGRAFIS
Metode yg mempergunakan bahan-bahan yg berwujud tulisan mengenai kehidupan subyek yg diselidiki. baik tulisan yg dibuat oleh subyek sendiri maupun oleh orang lain.
a. Biografi
b. Otobiografi
c. Buku Harian
d. Kenang-kenangan masa muda
e. Case History

METODE PSIKODIAGNOSTIK
  1. Pendekatan Kualitatif : kelebihan: kepekaan memahami gejala psikologi penyesuaian teori lebih komprehensif, profesi onalitas meningkat, polivalensi (memberikan banyak kemungkinan). Kelemahan: kurang efesien & subyektif.
  2.  Pendekatan Kuantitatif : kelebihan: obyektif & efesien. kelemahan: - mengabaikan dinamika, - hanya mepersoalkan benar/salah, -monovalensi (mengenal 1 kemungkinan).
sumber: http://retno-psikolog.blogspot.com/2010/10/psikologi-psikodiagnostik.html?m=1




PSIKODIAGNOSTIK
Definisi Inteligensi
1.      Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi yang hidup antara tahun 1857-1911, bersama Theodore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai terdiri atas tiga komponen, yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan, dan (c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticism.

2.       Di tahun 1961 Lewis Madison Terman mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak, sedangkan H.H Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.

3.      V.A.C. Henmon, salah seorang diantara penyusun Tes Inteligensi Kelompok Henmon – Nelson, mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua macam faktor, yaitu (a) kemampuan untuk memperoleh pengetahuan, dan (b) pengetahuan yang telah diperoleh (Wilson, dkk., 1974, dalam Azwar, 1996). Definisi ini agak bersesuaian maksudnya dengan definisi yang pernah diusulkan oleh Baldwin di tahun 1901 yang mengatakan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami (Wechsler, 1958, dalam Azwar, 1996).

4.      Edward Lee Thorndike (1913), seorang tokoh psikologi fungsionalisme yang hidup antara tahun 1874-1949, mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta (Wilson, dkk., 1974, dalam Azwar, 1996).

5.      Di tahun 1941, George D. Stoddard menyebut inteligensi sebagai bentuk memampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan (a) mengandung kesukaran, (b) kompleks, yaitu mengandung bermacam jenis tugas yang harus dapat diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang inteligen mampu menyerap kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah, (c) abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan interpretasi, (d) ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental yang efisien dari segi penggunaan waktu, (e) diarahkan pada suatu tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan mengikuti suatu arah atau target yang jelas, (f) mempunyai niali sosial, yaitu cara dan hasil pemecahan masalah dapat diterima oleh nilai dan norma sosial, dan (g) berasal dari sumbernya, yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain.

6.      David Wechsler, pencipta skala-skala inteligensi Wechsler yang sangat popular sampai waktu ini, mendefinisikan inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif (Wechsler, 1958; Bernard, 1965, dalam Azwar, 1996).

7.      Walter dan Gardner pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Kemudian Flynn mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.

8.      Sternberg dan Berg dalam sajian suatu reviu terhadap definisi inteligensi dengan membandingkan atribut yang terdapat dalam berbagai definisi inteligensi yang pernah dihimpun pada tahun 1921 dan tahun 1986, dalam definisi berselang lebih dari enam dekade itu tampak bahwa sekalipun rumusan definisi inteligensi itu mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu akan tetapi sejak dulu tidak pernah mengurangi penekanan pada aspek kognitifnya. Istilah yang digunakan mungkin berbeda namun tetap mengacu pada makna kognitif.


Teori Inteligensi
1.      Thurstone
Thurstone adalah tokoh Chicago. Ia sependapat dengan Burt bahwa ada faktor c yang berfungsi pada sejumlah perilaku. Juga sependapat dengan Burt mengenai adanya faktor s yang jumlahnya banyak sekali, sebanyak perilaku khusus yang dilakukan oleh manusia yang bersangkutan. Akan tetapi, Thurstone berpendapat bahwa faktor g itu tidak ada. Menurutnya hanya ada dua faktor saja, yaitu faktor c dan faktor s.
Adapun faktor c itu menurut Thurstone benyaknya ada tujuh macam, yaitu:

a.       Faktor ingatan, kemampuan untuk mengingat, memory, diberi lambang huruf M
b.      Faktor-faktor verbal, kecakapan untuk menggunakan bahasa, verbal factor, dilambangkan dengan huruf V.
c.       Faktor bilangan, kemampuan untuk bekerja dengan bilangan, misalnya kecakapan berhitung, dan sebagainya (numerical factor), dilambangkan dengan huruf N.
d.       Faktor kelancaran kata-kata, word fluency, dilambangkan dengan huruf W, yaitu seberapa lancar seseorang mempergunakan kata-kata yang sukar ucapannya. Faktor ini dianggap pula merupakan petunjuk daripada kelancaran dalam kerja mental, yaitu mudah tidaknya seseorang mengubah pikirannya atau mengalihkan pikirannya sesuai dengan kebutuhan.
e.       Faktor penalaran atau reasoning, yang diberi lambang huruf R. Faktor ini mendasari kecakapan berfikir logis.
f.       Faktor persepsi atau perseptional factor, yang diberi lambang huruf P. Yaitu kemampuan untuk mengamati dengan cepat dan cermat.
g.      Faktor keruangan atau spatial factor, yang diberi lambang huruf S. Ialah kemampuan untuk mengadakan orientasi dalam ruang.
Kalau sekiranya ada kecakapan umum, itu bukan karena adanya faktor g, melainkan karena kombinasi faktor c tersebut.

2.      Howard Gardener
Howard Gardner mengembangkan teori multiple intelegence yang mengidentifikasi dan mengembangkan spectrum yang luas dalam diri setiap anak. Masing-masing anak akan mengembangkan kecerdasan khusus dalam salah satu dan kesembilan kecerdasan yaitu kemampuan logika matematika, musik, kinestetik jasmani, linguistik, spasial, interpersonal,intrapersonal, naturalistic, dan eksistensial. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya.

Sembilan Jenis Kecerdasan menurut Gardner
·         Jenis kecerdasan pertama, kecerdasan linguistik, adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Jenis pemikiran inilah yang menghasilkan King Lear karya Shakespeare, Odyssey karya Homerus, dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargu-mentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka senang bermain-main de¬ngan bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata (pun), dan tongue twister. Kadang-kadang mereka pun mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra. Mereka gemar sekali membaca, dapat menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas.
·         Jenis kecerdasan kedua, Logis-matematis, adalah kecerdasan dalam hal angka dan hgika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer. Newton menggunakan kecerdasan ini ketika ia menemukan kalkulus. Demikian pula dengan Einstein ketika ia menyu-sun teori relativitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-mate-matis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.
·         Kecerdasan Spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga, mencakup bapikir dalam gambar, serta kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. Siapa pun yang merancang piramida di Mesir, pasti mempunyai kecerdasan ini. Demikian pula dengan tokoh-tokoh seperti Thomas Edison, Pablo Picasso, dan Ansel Adams. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
·         Kecerdasan musikal adalah jenis kecerdasan keempat. Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Bach, Beethoven, atau Brahms, dan juga pemain gamelan Bali atau penyanyi cerita epik Yugoslavia, se-muanya mempunyai kecerdasan ini. Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu.
·         Kecerdasan kelima, kinestetik-jasmani, adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan kete-rampilan dalam menangani benda. Atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat tinggi. Demikian pula Charlie Chaplin, yang memanfaatkan kecerdasan ini untuk melakukan gerakan tap dance sebagai "Little Tramp". Orang dengan ke¬cerdasan fisik memiliki keterampilan dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga menikmati kegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau berperahu. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
·         Kecerdasan keenam adalah kecerdasan Antarpribadi. Ini adalah ke¬mampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut kemampuan untuk mencerap dan tang-gap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Direk-tur sosial sebuah kapal pesiar harus mempunyai kecerdasan ini, sama halnya dengan pemimpin perusahaan besar. Seseorang yang mempunyai kecerdasan antarpribadi bisa mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar seperti Mahatma Gandhi, atau bisa juga suka memanipulasi dan licik seperti Machiavelli. Namun, mereka semua mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi networker, perunding, dan guru yang ulung.

·         Kecerdasan Ketujuh adalah kecerdasan Intrapribadi atau kecerdasan dalam diri sendiri. Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan wirau-sahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya, mereka juga sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan, dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar bela-jar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain. (Armstrong: 1999: 3-6)
·         Kecerdasan kedelapan, Kecerdasan Naturalis (Lingkungan). Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.Orang yang punya inteligensi lingkungan tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan kla-sifikasi tanaman dan binatang. Orang ini mempunyai kemam¬puan mengenal sifat dan tingkah laku binatang, biasanya mencintai lingkungan, dan tidak suka merusak lingkungan hidup. Salah satu contoh orang yang mungkin punya inteligensi lingkungan tinggi adalah Charles Darwin. Kemampuan Dar¬win untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga, burung, ikan, mamalia, membantunya mengembangkan teori evolusi.Inteligensi lingkungan masih dalam penelitian lebih lanjut karena masih ada yang merasa bahwa inteligensi ini sudah termasuk dalam inteligensi matematis-logis. Namun, Gardner berpendapat bahwa inteligensi ini memang berbeda dengan inteligensi matematis-logis.
·         Kecerdasan kesembilan, Kecerdasan Eksistensial, intelegensi ini menyangkut kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Kindi, Ibn Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai inteligensi eksistensial tinggi.

Teori Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

sumber: http://psikoumum.blogspot.com/p/psikodiagnostik.html?m=1

1 komentar:

  1. Review Psikodiagnostik

    Pengertian Kepribadian: Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.

    Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :

    a. Allport adalah: sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.

    b. Pervin dan John: kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten.

    Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu: Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain, sehingga:
    · Trait relatif stabil dari waktu ke waktu
    · Trait konsisten dari situasi ke situasi
    · Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena: ada proses adaptif adanya perbedaan kekuatan, dan kombinasi dari trait yang ada.

    Trait dipandang sebagai dimensi yang kontinu. Trait tidak hanya mengkategorikan fisik tubuh menjadi tiga tipe yang murni namun menilai mereka pada tiga dimensi.>Teori trait tentang kepribadian menganggap bahwa manusia memiliki perbedaan serentak dalam jumlah dimensi atau skala kepribadiannya. Kita mungkin menilai seseorang berdasarkan skala inteligensia, stabilitas emosional, agresivitas, dsb. Kita menggunakan trait versi awam jika kita secara informal menggambarkan diri kita dan orang lain dengan kata sifat seperti:
    Agresif
    Berhati-hati
    Mudah marah

    sumber: http://personalityyuniar.wordpress.com/2010/12/23/paradigma-psikologi-kepribadiantrait/

    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadianan

    Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti: fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).

    a. Fisik. Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadiaan adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.

    b. Inteligensi. Baldwin pada tahun 1901 mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.

    Tingkah intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Individu yag intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

    menurut saya dengan penjelasan tersebut maka dapat dipastikan intelegensi dan fisik saling berkaitan karna tanpa adanya fisik yang sempurna akan mengganggu perkembangan intelegensi seseorang dan menghambat kematangan kepribadian suatu individu.

    BalasHapus