Selasa, 27 Mei 2014

The Silence Of The Lambs



Cerita Film

Film ini menceritakan tentang Clarice Starling seorang agen FBI yang masih menjalani pendidikan di Academy FBI, mendapatkan tugas dari Jack Crawford Kepala Divisi Ilmu Prilaku untuk menyajikan questioner kepada psikiater forensic brilliant dan sosiopat kanibalistik Dr. Hannibal Lecter yang mendapatkan hukuman seumur hidup untuk serangkaian pembunuhan brutal dengan pengamanan no.1 di Baltimore State of the hospital for the criminally insane yang di pimpin oleh Dr. Frederick Chilton.

Maksud utama Crawford adalah untuk mencoba meminta bantuan Lecter untuk mengungkap pembunuhan berantai yang pelakunya dijuluki buffalo Bill yang modus openandinya adalah wanita dengan kelebihan berat badan, membuat korbannya kelaparan selama 3 atau 4 hari, kemudian membunuh dan mengulitinya kemudian membuang mayatnya di sungai terdekat. Pelaku di duga pasien Lecter yang sebelumnya adalah psikiater dan juga pelaku pembunuhan berantai yang sadis dan ada hubungan dengan Benjamin Raphail yang membunuh Klauss yang juga merupakan pasien Lecter.

Starling membantu Crawford melakukan otopsi ketika korban ke enam Bill ditemukan di West Virgina, ini merupakan otopsi pertama bagi Starling. Starling menemukan pupa/kepompong ngengat di tenggorokan korban, dan mendiskusikan dengan Lecter dengan harapan mendapat petunjuk untuk membekuk Buffalo Bill.
Korban selanjutnya adalah Catherine Baker Martin, putri senator Ruth Martin yang diculik di depan apartemennya dan bajunya ditemukan di pinggir jalan. Sterling di kirim ke Lector untuk memberikan penawaran jika Lecter membantu menemukan Catherine maka dia akan di pindahkan ke rumah sakit jiwa dengan pemandangan yang indah. Lecter menanggapi penawaran itu dengan skeptitisme pada keaslian tawaran itu.
Dr. Chilton memberikan tawaran kepada Lecter untuk membantu mengungkap Buffalo Bill dan Lecter memanfaatkannya untuk kabur dan mempermainkan senator Martin. Senator Martin menganggap Jack Crawford kurang baik menangani kasus anaknya karena mengirim Starling yang masih pendidikan.
Pada akhirnya Starling dapat menyelamatkan Catherine dan menemukan Buffalo Bill yang ternyata adalah pembunuh Klaus kekasih dari Raphael yang merupakan pasien dari Dr. Hanibbal Lecter.


Tokoh Utama

Dr. Hannibal Lecter
 
Psikiater forensic brilliant dan sosiopat kanibalistik Dr. Hannibal Lecter yang mendapatkan hukuman seumur hidup untuk serangkaian pembunuhan brutal dengan pengamanan no.1 di Baltimore State of the hospital for the criminally insane yang di pimpin oleh Dr. Frederick Chilton.

Kepribadian Hannibal Lecter adalah Melankolis bisa diartikan sebagai perfeksionis dan serba teratur. terbukti pada kasus pembunuhan yang ia lakukan dengan teratur dan terencana, dan pada saat Hannibal membantu Starling untuk memecahkan kasus Buffalo Bill dengan mengibaratkan kasus itu kepada dirinya sendiri.

Gangguan yangdi derita Hannibal Lecter yaitu Kanibal dan Psikopat atau gangguan kepribadian Antisocial Personality Disorder (APD).

  • Menurut Checkley karakteristik dasar dari psikopat adalah ketidakmampuan untuk merasakan emosi normal, tidak memiliki perasaan menyesal, tidak takut pada hukuman, tidak memiliki rasa malu, rasa bersalah dan empati atas penderitaan orang lain yang disebabkan oleh dirinya.
Terlihat pada saat adegan ketika Lecter dibawa ke klinik dan dilepaskan baju pengekangnya, Lecter mematahkan rahang juru rawat menelan lidah wanita tersebut.
Lecter juga membunuh salah seorang pasiennya yang bernama Raphail saat autopsi diketahui jantung, kelenjar thymus dan pancreas telah hilang di duga disajikan dalam makan malam bagi pimpinan dan konduktor Baltimore Philharmonic.

dan juga terlihat pada saat percakapan antara Dr, Hannibal Lecter dengan Clarice Starling di penjara rumah sakit jiwa:

H: Kau tahu kenapa ia dijuluki Buffalo Bill?
C: Itu dimulai dari lelucon buruk dari pembunuhan di kansas city. mereka mengatakan "yang ini kulitnya terkelupas".
H: Menurutmu apa alasan dia mengupas kulit mereka?
C: Itu bisa membuatnya bergairah, kebanyakan pembunuh berantai menyimpan sesuatu dari korbannya.
H: Aku tidak.
C: Tidak, Tapi kau memakan korbanmu.

dari percakapan tersebut menunjukan bahwa Dr. Hannibal Lecter mengalami gangguan psikopat dan Kanibal.


Tokoh Lawan

Clarice Starling

Clarice Starling adalah Agen FBI yang masih menjalankan pendidikan di Academy, mendapat tugas memberikan questioner kepada Lecter untuk membantu mengungkap pembunuhan berantai yang dilakukan seseorang yang di juluki Buffalo Bill karena selalu menguliti korbannya dan membuang ke sungai terdekat.

Sterling harus kehilangan ayahnya ketika dia masih kecil, tanpa warisan asuransi, ibunya menopang kehidupan mereka selama 2 tahun kemudian menitipkan Sterling ke sepupu ibunya di Montana, kemudian Sterling kabur karena tidak kuat dengan rintihan domba dan kuda yang disembelih di peternakan tempat dia tinggal.

Kepribadian Clarice Starling adalah Koleris atau bisa disebut juga Dominan dan Kompetitif. Terlihat disaat Starling mencoba memecahkan kasus dengan bersusah payah dan sangat bekerja keras sampai padaakhirnya Starling mendapat penghargaan khusus dari FBI.

Teori pendekatan yang digunakan Clarice Starling untuk Menyelidiki Hannibal Lecter adalah Kognitif mengembalikan lagi kepada jiwa manusia (mind) yang menjadi alat pengetahuan. Manusia adalah organisasi aktif tidak pasif. Manusia sebagai pengolah informasi. Perilaku manusia dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional. yang mengarah penyandian, penyimpanan, dan pemanggilan informasi melalu sensasi persepsi dan berpikir. maka dari itu Starling mencoba berbicara kepada Hannibal Lecter dan mencaritahu informasi sebanyak banyaknya mengenai Buffalo Bill.

Observasi yang dilakukan oleh Clarice Starling ini dengan cara mewawancara Hannibal Lecter dan menuruti apa yang dia mau dan memberikan berkas berkas dokumen mengenai kasus yang sedang ingin diselesaikan. serta mendatangi langsung tempat tempat yang dicurigai mempunyai hubungan dengan kasus Bill Skin Fifth atau Buffalo Bill.


Minggu, 25 Mei 2014

Observasi

PENGERTIAN OBSERVASI

Observasi barangkali menjadi metode paling dasar dan paling tua dalam sebuah penelitian, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Beberapa penelitian baik itu kualitatif maupun kuantitif mengandung observasi di dalamnya.

 Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘MELIHAT’ dan ‘MEMPERHATIKAN’. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi seringkali menjadi bagian dalam penelitian dalam berbagai disiplin ilmu baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperiental) maupun alamiah.

Observasi yang berarti mengamati bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking, atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Justru karena observasi selalu terlibat dalam proses pengambilan data, observasi kadang dianggap dapat dilakukan oleh siapapun, tidak perlu dibahas secara khusus. Karena kedapatannya dengan suasana kehidupan sehari-hari (selama masih hidup, sadar maupun tidak, semua orang melakukan observasi), observasi terkadang diangap sebagi metode yang kurang ilmiah. Setiap individu dapat memiliki persepsi yang sangat berbeda mengenaisuatu fenomena yang sama. Apa yang dilihat seseorang sangat tergantung pada minat, bias-bias dan latar belakang mereka. Oleh karena itu, menurut Patton Bahwa persepsi selektif pada manusia menyebabkan munculnya keragu-raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode pengumpulan data yang ilmiah. Menanggapi keragu-raguan tersebut Patton mengingatkan bahwa persepsi selektif yang mewarnai bias-bias dan minat pribadi tersebut sesungguhnya terjadi pada kebanyakan orang awam yang memang tidak terlatih. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.

Latihan observasi mencakup belajar mengadakan observasi secara umum pada konteks atau subjek yang dipilih, maupun mengadakan observasi dengan fokus-fokus khusus. Peneliti juga perlu berlatih begaimana menuliskan hasil observasi secara deskriptif, dan mengembangkan kedisiplinan mencatatat kejadian lapangan secara lengkap dan menditail. Peneliti seyogyanya dapat menentukan kapan perlu dan harus menulis secara detail, dan membedakannya dari upaya mencatat semua hal yang tidak perlu secara berlebihan. Tanpa keterampilan demikian, peneliti akan mengalami kebingungan, terbebani oleh banyaknya hal yang terlibat dalam proses observasi tanpa dapat memilih secara tepat apa yang harus dilaporkan.

Sebagai metode ilmiah observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi sebanarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengamatan yang tidak langsung misalnya melalui quesionere dan tes.

 Menurut Jehoda, observasi dapat menjadi alat penyelidikan ilmiah, apabila:

1. Mengabdi kepada tujuan-tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

2. Direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara tidak teratur.

3. Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan proporsi-proporsi yang lebih umum, tidak hanya dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu semata-mata.

4. Dapat di cek dan dikontrol validitas, relibilitas, dan ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya.

TUJUAN OBSERVASI

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.

 Patton (1990) mengatakan bahwa data hasil observasi menjadi penting, karena :

  1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti ada atau terjadi.
  2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi berbagai konseptualis (yang ada sebelumnya) tentang topic yang diamati akan berkurang.
  3. Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya seringkali mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya, observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh pertisipan atau subjek peneliti sendiri kurang disadari.
  4. Observasi memungkinkan penelitian memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkap oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
  5. Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh persepsi selektif individu yang diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.

Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukannya. Impresi dan perasaan pengamat akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimafaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

Bagi psikolog, observasi perlu dilakukan karena bebarapa alasan:

  1. Memungkinkan mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologi yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
  2. Prosedur testing formal seringkali tidak ditangapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
  3. Observasi dirasakan lebih tidak mengancam dibandingkan cara pengumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat dibandingkan orang dewasa sebab orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

Oleh karena itu, tujuan observasi seorang psikolog pada dasarnya adalah:

  1. Untuk keperluan asesmen awal. Dilakukan di luar ruang konseling, misalnya: ruang tunggu, halaman, ruang kelas, ruang bermain.
  2. Untuk menentukan kelebihan dan kelemahan observe dan menggunakan kelebihan tersebut untuk meningkatkan kelemahan klien.
  3. Untuk merancang rencana individual (individual plan) bagi klien berdasarkan kebutuhan.
  4. Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog tahu kemajuan yang dicapai klien.
  5. Bagi anak-anak. Untuk mengethui perkembangan anak pada tahap tertentu.
  6. Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan klien.
  7. Digunakan dalam memberi laporan pada orang tua, guru, dokter, dll.
  8. Sebagai informasi status anak/remaja (di sekolah) untuk keperluan bimbingan dan konseling.

TEKNIK OBSERVASI

A. DIMENSI OBSERVASI

Secara umum setiap observasi yang dilakukan tercakup dalam tiga dimensi, yaitu:

  1. Partisipan dan Non partisipan.
  2. Overt dan Covert.
  3. Alamiah dan Buatan.

B. TEKNIK OBSERVASI

Ada tidak jenis pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu: Observasi Partisipan-Observasi Nonpartisipan, Observasi Sistematik-Obserbasi Nonsistematik dan Observasi Eksperimental- Observasi Noneksperimental.

1. Observasi Partisipasi

Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang sifatnya eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa kerap kali diperlukan observasi partisipan ini.

Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam kehidupan observee.

2. Obsevasi Sistematik

Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.

3. Observasi Eksperimental

Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup eksperimental.

Dalam observasi alamiah observer mengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan perilaku-perilaku observee dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku apa adanya tanpa adanya usaha untuk mengontrolnya.

Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.

Ciri-ciri penting bagi observasi eksperimental adalah sebagai berikut :

  • Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
  • Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observer.
  • Situasi sedemikian rupa sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenarnya dari observasi.
  • Observer atau alat pencatat membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah reaksi semata-mata.

HAL-HAL YANG DIOBSERVASI

Banyak hal-hal, peristiwa-peristiwa, masalah-masalah, dan gejala-gejala yang dapat diobservasi.

Dalam melakukan observasi ada beberapa point yang biasanya perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Penampilan fisik : yang meliputi kondisi fisik observe, misalnya tinggi badan, berat badan, warna kulit, dan lain-lain.
  2. Gerakan tubuh / penggunaan anggota tubuh. Misalnya: bagaimana postur tubuh observe, bagian tubuh mana yang sering digunakan dan bagian mana yang kurang banyak gerakan (misalnya observe selalu menggerak-gerakkan tengan ketika berbicara, dsb).
  3. Ekspresi wajah : Bagaimana ekspresi wajah observe ketika sedang berbicara.
  4. Pembicaraan : yaitu bagaimana isi pembicaraan yang dilakukan.
  5. Rekasi emosi : yaitu bagaimana reaksi emosi observe. Dalam penelitian seorang observer perlu memperhatikan bagaimana reaksi emosi observe terhadap suatu masalah yang ingin diteliti.
  6. Aktivitas yang dilakukan : Misalnya jenisnya, lamanya, dengan siapa, dimana dan sebagainya.
  7. Dan beberapa hal yang perlu diobservasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.


Macam Macam Tes Proyeksi

MACAM-MACAM TES PROYEKSI

Macam-macam tes proyeksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. ASSOCIATIVE TECHNIQUES
  • Subjek menjawab stimulus dengan perkataan, image, atau ide-ide yang pertama kali muncul. Ex : Rorschach Inkblots, Word Association
b. CONSTRUCTION PROCEDURES
  • Subjek mengkonstruk atau membuat suatu produk (cerita). Dan dari cerita itulah keadaan psikologis klien diungkap. Ex : TAT, MAPS (Make a picture story)
 c. COMPLETION TASKS
  • Melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada disedikana sebelumnya.Ex : SSCT, Rosenzweig Picture-Frustation Study
d. CHOICE OR ORDERING DEVICES
  • Mengatur kembali gambar, mencatat referensi atau semacamnya. Ex : Szondi Test, Tomkins-Horn Picture Arrangement Test
e. EXPRESSIVE METHODS
  • Gambar, cara / metode dalam menyelesaikan sesuatu dievaluasi. Ex : BAUM, HTP, DAP
Teknik-teknik dalam penyajian tes proyeksi ada bermacam-macam cara:
  1. Stimulus tidak berstruktur --- Stimulus yang diberikan (tes) tidak terstruktur seperti tes intelegensi. 
  2. Proses proyeksi --- pengungkapan keadaan psikologi klien dengan memproyeksikannya dalam bentuk reaksi terhadap tes yang disajikan. 
  3. Administrasi longgar --- Administrasi tes proyeksi biasanya tidak ada aturan baku, tergantung dengan kebutuhan klien dengan catatan tidak mempengaruhi hasil tes. 
  4. Testee oriented --- tes ini berorientasi pada testee 
  5. Unsur subjektifitas dalam interpretasi --- Dalam menginterpretasikan tes ini, unsure subjektivitas psikolog sangat berpengaruh. 
  6. Menyentuh bawah sadar --- tes proyeksi membantu mengungkapkan keadaan bawah sadar manusia.
FUNGSI TES PROYEKSI
Tes proyeksi berfungsi untuk mengungkap keadaan psikologi bawah sadar manusia yang selama ini di repres kealam bawah sadar. Melalui tes proyeksi ini diharapkan dinamika psikologis itu dapat dikeluarkan melalui alat bantu tes-tes proyeksi.

Sebagai sebuh tes, tes proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan tes-tes psikologi yang lain:

Kelebihan Tes Proyektif
  • Dapat mengungkap hal-hal di bawah sadar untuk keperluan klinis 
  • Dapat menurunkan ketegangan 
  • Bersifat ekonomis
Kekurangan Tes Proyektif
  • Validitas dan reliabilitasnya rendah 
  • Tester harus memiliki keterampilan yang khusus untuk dapat menggunakan tes ini dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa.

Jumat, 09 Mei 2014

tes kepribadian: inventory dan proyektif

Inventori kepribadian merupakan inventori yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur struktur dan segi-segi dari kepribadian, atau karakteristik dari cara berpikir, merasa, dan bertindak (Segal & Coolidge, dalam Drummond & Jones, 2010). Dengan kata lain inventori kepribadian atau asesmen kepribadian atau tes kepribadian merupakan tes/inventori/asesmen yang menggambarkan karekteristik individu, dengan tujuan agar individu dapat mengenal dan memahami dirinya sendiri dengan gambaran atau penjelasan yang objektif dan terukur.

Beberapa masalah dalam Tes inventory kepribadian :
1.      Definisi kepribadian yang sedemikian banyak, sehingga seleksi yang tepat dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes inventori.
2.      Ter inventori tidak bersifat culture free.
3.      Bila tes inventori keprobadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit memperoleh reliabilitas yang tinggi.

Adapun kelemahan tes inventori kepribadian adalah sebagai berikut:
1.      Aitemnya ambigu dan perintah tidak jelas
2.      Subjek ingin menunjukkan kesan tertentu kepada penguji
3.      Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda
4.      Sikap subjek yang tidak kooperatif
5.      Faking/ tidak jujur
6.      Acquiscence, bila aitem yang dibuat lebih mengara ke jawaban-jawaban tertentu. Sehingga, tester perlu memahami tes yang hendak digunakan dengan baik untuk menyajikan tes yang tepat.

macam macam tes inventori kepribadian: 
1. MMPI (minnesota Personality Inventory)
2. CPI (california Psychological Inventory)
3. PIC (Personality Inventory for Children)
4. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
5. 16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
6. EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
7. PRF (Personality Research Form)
8. Jackson Personality Inventory

Teknik proyektif yaitu teknik asesmen yang berusaha mempelajari kepribadian melalui penggunaan stimulus, tugas, atau situasi yang relatif tidak terstruktur.Disebut poyektif karena teknik ini memungkinkan individu untuk dapat memproyeksikan motivasi dalam dirinya terhadap alat tes yang diberikan.Selain membuat gambar, tes proyektif juga mencakup bercerita, melengkapi kaimat, atau melakukan asosiasi kata (Friedman & Schustack, 2008).Teknik proyektif terbukti mampu memberikan hasil dengan hipotesis yang lengkap, namun sebagian besarteknik inikurang diminati, serta tidak mendapat persetujuan dan dukungan dari para praktisi yang berorientasi psikometri.Tes proyektif mendapat dukungan yang luas dari para pendukung teori psikoanalisis karena teknik ini berusaha untuk menangkap motivasi tidak sadar yang dimiliki oleh individu.

Salah satu teknik proyektif yang kontroversi, sering dipertanyakan, dan sekaligus paling banyak digunakan adalah tes Rorschach.Tes Rorschach merupakan tes proyektif berupa 10 percikan tinta pada kertas yang dibuat oleh seorang psikiater asal Swiss bernama Hermann Rorschach. 10 percikan tinta itu terdiri dari 5 percikan berwarna hitam dan abu-abu, 2 berwarna hitam, abu-abu, dan merah, serta 3 lainnya merupakan campuran dari beberapa warna pastel (Kaplan, 2009). Rorschach menunjukkan satu persatu kartu tersebut kepada pasien dan meminta pasien untuk memberikan deskripsi mengenai apa yang mereka lihat dalam percikan tinta tersebut. Tes ini memiliki keterbatasan yang sama dengan tes proyektif lainnya, yaitu dalam pemberian skor. Interpretasi yang diberikan satu tester bisa berbeda dengan yang diberikan oleh tester lain dalam kesempatan tes yang berbeda, hal ini yang menyebankan skor reliabilitas tes Rorschach menjadi rendah. Meskipun usaha untuk melakukan standarisasi terhadap pemberian skor telah dilakukan, namun masih banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tes ini tidak memiliki validitas yang baik, meskipun begitu, sampai saat ini tes Rorschach masih tetap banyak dimanfaatkan terutama dalam seting klinis (Exner, 1986 & Peterson, 1978, dalam Kaplan 2009).
Tes proyektif lain yang juga sering digunakan yaitu TAT (Thematic Apperception Test) yang dikembangkan pada tahun 1935 oleh Christina Morgan dan Henry Murray dari Harvard University. Kaplan (2009) menjelaskan beberapa perbedaan tes ini dengan Rorschach dalam tabel berikut, 

RORSCHACH
TAT
Ditolak oleh komunitas ilmiah
Diterima dengan baik oleh komunitas ilmiah
Tidak berdasar teori apapun
Berdasarkan teori kebutuhan Murray (1938)
Terlalu banyak diklaim
Tidak banyak diklaim
Diakui sebagai instrumen diagnostik
Tidak diakui sebagai instrumen diagnostik
Banyak digunakan dalam seting klinis
Digunakan dalam seting klinis dan non klinis

 


Tes TAT lebih terstruktur dan tidak seambigu tes Rorschach. TAT terdiri dari serangkaian foto/gambar yang menggambarkan beberapa adegan. Dalam TAT testee diminta untuk membuat sebuah cerita tentang gambar yang ditunjukkan, termasuk perkiraan mengenai apa yang akan terjadi kemudian.

Penting untuk diperhatikan bahwa tes proyektif, seperti halnya semua tes kepribadian, membuat asumsi mengenai hakikat dari kepribadian dan perilaku. Tes proyektif mengasumsikan adanya pola dasar di dalam diri seseorang, dan pola ini muncul dalam cara individu merespon stimulus yang diberikan.