Minggu, 25 Mei 2014

Observasi

PENGERTIAN OBSERVASI

Observasi barangkali menjadi metode paling dasar dan paling tua dalam sebuah penelitian, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Beberapa penelitian baik itu kualitatif maupun kuantitif mengandung observasi di dalamnya.

 Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘MELIHAT’ dan ‘MEMPERHATIKAN’. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi seringkali menjadi bagian dalam penelitian dalam berbagai disiplin ilmu baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperiental) maupun alamiah.

Observasi yang berarti mengamati bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking, atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Justru karena observasi selalu terlibat dalam proses pengambilan data, observasi kadang dianggap dapat dilakukan oleh siapapun, tidak perlu dibahas secara khusus. Karena kedapatannya dengan suasana kehidupan sehari-hari (selama masih hidup, sadar maupun tidak, semua orang melakukan observasi), observasi terkadang diangap sebagi metode yang kurang ilmiah. Setiap individu dapat memiliki persepsi yang sangat berbeda mengenaisuatu fenomena yang sama. Apa yang dilihat seseorang sangat tergantung pada minat, bias-bias dan latar belakang mereka. Oleh karena itu, menurut Patton Bahwa persepsi selektif pada manusia menyebabkan munculnya keragu-raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode pengumpulan data yang ilmiah. Menanggapi keragu-raguan tersebut Patton mengingatkan bahwa persepsi selektif yang mewarnai bias-bias dan minat pribadi tersebut sesungguhnya terjadi pada kebanyakan orang awam yang memang tidak terlatih. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.

Latihan observasi mencakup belajar mengadakan observasi secara umum pada konteks atau subjek yang dipilih, maupun mengadakan observasi dengan fokus-fokus khusus. Peneliti juga perlu berlatih begaimana menuliskan hasil observasi secara deskriptif, dan mengembangkan kedisiplinan mencatatat kejadian lapangan secara lengkap dan menditail. Peneliti seyogyanya dapat menentukan kapan perlu dan harus menulis secara detail, dan membedakannya dari upaya mencatat semua hal yang tidak perlu secara berlebihan. Tanpa keterampilan demikian, peneliti akan mengalami kebingungan, terbebani oleh banyaknya hal yang terlibat dalam proses observasi tanpa dapat memilih secara tepat apa yang harus dilaporkan.

Sebagai metode ilmiah observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi sebanarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengamatan yang tidak langsung misalnya melalui quesionere dan tes.

 Menurut Jehoda, observasi dapat menjadi alat penyelidikan ilmiah, apabila:

1. Mengabdi kepada tujuan-tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

2. Direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara tidak teratur.

3. Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan proporsi-proporsi yang lebih umum, tidak hanya dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu semata-mata.

4. Dapat di cek dan dikontrol validitas, relibilitas, dan ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya.

TUJUAN OBSERVASI

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.

 Patton (1990) mengatakan bahwa data hasil observasi menjadi penting, karena :

  1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti ada atau terjadi.
  2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi berbagai konseptualis (yang ada sebelumnya) tentang topic yang diamati akan berkurang.
  3. Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya seringkali mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya, observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh pertisipan atau subjek peneliti sendiri kurang disadari.
  4. Observasi memungkinkan penelitian memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkap oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
  5. Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh persepsi selektif individu yang diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.

Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukannya. Impresi dan perasaan pengamat akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimafaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

Bagi psikolog, observasi perlu dilakukan karena bebarapa alasan:

  1. Memungkinkan mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologi yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
  2. Prosedur testing formal seringkali tidak ditangapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
  3. Observasi dirasakan lebih tidak mengancam dibandingkan cara pengumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat dibandingkan orang dewasa sebab orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

Oleh karena itu, tujuan observasi seorang psikolog pada dasarnya adalah:

  1. Untuk keperluan asesmen awal. Dilakukan di luar ruang konseling, misalnya: ruang tunggu, halaman, ruang kelas, ruang bermain.
  2. Untuk menentukan kelebihan dan kelemahan observe dan menggunakan kelebihan tersebut untuk meningkatkan kelemahan klien.
  3. Untuk merancang rencana individual (individual plan) bagi klien berdasarkan kebutuhan.
  4. Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog tahu kemajuan yang dicapai klien.
  5. Bagi anak-anak. Untuk mengethui perkembangan anak pada tahap tertentu.
  6. Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan klien.
  7. Digunakan dalam memberi laporan pada orang tua, guru, dokter, dll.
  8. Sebagai informasi status anak/remaja (di sekolah) untuk keperluan bimbingan dan konseling.

TEKNIK OBSERVASI

A. DIMENSI OBSERVASI

Secara umum setiap observasi yang dilakukan tercakup dalam tiga dimensi, yaitu:

  1. Partisipan dan Non partisipan.
  2. Overt dan Covert.
  3. Alamiah dan Buatan.

B. TEKNIK OBSERVASI

Ada tidak jenis pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu: Observasi Partisipan-Observasi Nonpartisipan, Observasi Sistematik-Obserbasi Nonsistematik dan Observasi Eksperimental- Observasi Noneksperimental.

1. Observasi Partisipasi

Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang sifatnya eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa kerap kali diperlukan observasi partisipan ini.

Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam kehidupan observee.

2. Obsevasi Sistematik

Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.

3. Observasi Eksperimental

Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup eksperimental.

Dalam observasi alamiah observer mengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan perilaku-perilaku observee dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku apa adanya tanpa adanya usaha untuk mengontrolnya.

Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.

Ciri-ciri penting bagi observasi eksperimental adalah sebagai berikut :

  • Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
  • Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observer.
  • Situasi sedemikian rupa sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenarnya dari observasi.
  • Observer atau alat pencatat membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah reaksi semata-mata.

HAL-HAL YANG DIOBSERVASI

Banyak hal-hal, peristiwa-peristiwa, masalah-masalah, dan gejala-gejala yang dapat diobservasi.

Dalam melakukan observasi ada beberapa point yang biasanya perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Penampilan fisik : yang meliputi kondisi fisik observe, misalnya tinggi badan, berat badan, warna kulit, dan lain-lain.
  2. Gerakan tubuh / penggunaan anggota tubuh. Misalnya: bagaimana postur tubuh observe, bagian tubuh mana yang sering digunakan dan bagian mana yang kurang banyak gerakan (misalnya observe selalu menggerak-gerakkan tengan ketika berbicara, dsb).
  3. Ekspresi wajah : Bagaimana ekspresi wajah observe ketika sedang berbicara.
  4. Pembicaraan : yaitu bagaimana isi pembicaraan yang dilakukan.
  5. Rekasi emosi : yaitu bagaimana reaksi emosi observe. Dalam penelitian seorang observer perlu memperhatikan bagaimana reaksi emosi observe terhadap suatu masalah yang ingin diteliti.
  6. Aktivitas yang dilakukan : Misalnya jenisnya, lamanya, dengan siapa, dimana dan sebagainya.
  7. Dan beberapa hal yang perlu diobservasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar